
SHELTER “ Bukan Impian Kami Hidup Disini”
Hidup pilihan bagi orang yang bisa memilih, tapi bagi mereka yang hanya bisa tertunduk lesu di shelter (penampungan sementara) Nagari Sungai Batang ini tidak punya pilihan lagi kecuali menghadapi keadaan hidup yang semakin hari semakin tidak jelas bagi mereka. Kaki-kaki kecil mengikuti kami siang itu, dengan wajah malu-malu coba untuk meminta komik bencana yang kami bawa. Wajah yang ceria berlari dan mengintip malu dari kejauhan, 3 bulan setelah hidup ditenda akhirnya mereka berada di shelter ini. Peristiwa 30 September 2009 sepertinya merengut sebahagian harapan mereka. Akhirnya sebagian dari 508 kepala keluarga korban longsor maninjau bisa menempati shelter pengungsian ini. Lalu sebahagian lagi ada yang masih bertahan dilokasi longsor, menumpang di rumah keluarga atau entah berada dimana kini.
Linangan air mata dari seorang teman yang terpaksa menahan rasa prihatinnya melihat masih ada sebahagian saudara-saudara kita yang masih hidup seperti ini setelah kejadian 30 september. Kunjungan ke shelter ini tercetus dengan tiba-tiba ketika wali nagari sungai batang dan teman-teman LSM PNPM Mandiri menceritakan secuil kisah tentang mereka ini. Sebagian media publikasi yang ketika itu kami bawa untuk acara Rumah Aman Gempa kami sisihkan untuk dibagi ke shelter. Dengan hidup sederhana mereka mencoba bertahan dari hari kehari se pengungsian itu, sementara untuk menghidupi mereka, sebagian ada yang kembali kekampung disiang harinya untuk mengurus beberapa keramba yang mulai dibikin kembali dari sisa-sisa simpanan yang ada. Tapi bagi yang tidak beruntung, yang semuanya ikut hilang ketika bencana terjadi, akhirnya memilih jadi buruh bangunan atau kerjaan apa saja yang dapat menghidupi mereka. Diruangan yang kami perkirakan berukuran 2x 3 mtr ini mereka beraktivitas untuk tidur, makan, dapur dan berkumpulnya satu keluarga dimalam hari. Wajah tabah itu membuat mata ini tetap berkaca-kaca. Waktu mereka hanya beberapa bulan lagi dari izin tinggal di shelter hanya diperbolehkan 1,5 tahun saja. Tak banyak yang dapat kami lakukan untuk mereka dari hasil penggalangan dana di Bali International School yang juga dibantu oleh Band Navicula hanya cukup untuk sebuah event pendidikan dan membeli alat tulis serta beberapa pelatihan kerajinan yang rencananya akan kami adakan pada tanggal 24 Oktober 2010. Dengan sedikit harapan mereka punya sedikit kemampuan untuk tetap bertahan ketika ketidak jelasan nasib mereka menjadi semakin nyata kelak. Prihatin itu jelas lebih tertuju pada 200 lebih anak-anak usia sekolah yang terancam putus sekolah. Karena mereka tidak punya pilihan kecuali ikut menanggung beban berat dari bencana ini.
Bagi yang masih merasa bahagian dari nagari ini, sangat diharapkan uluran tangannya, dalam bentuk apapun, Publikasi dari media sangat dibutuhkan untuk kembali mengetuk hati mereka yang telah tertutup untuk membantu saudara-saudara kita di shelter ini.
Bantuan bisa diantar langsung ke Shelter (Penampungan Sementara)
- Sy. Dtk. Mangkudun - Ketua Posko Penanggulangan Pengungsi
Hp. 0852 6321 6737
Atau Sekretariat Kelompok Seni Berjalan TROTOART tunggul hitam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar